Jumat, 13 Februari 2009

Surat untuk bintang (isi)


Dear hoshi,

Sejak kutatap indahnya cahayamu, aku tertarik untuk memiliki
cahayamu yang indah cemerlang
Tapi kadang timbul takut dalam hatiku..
Bahwa cahaya bintang... mungkin akan membakarku...
bila aku terlalu dekat dengan "inti" mu.

Hoshi...
Hati ini tak bisa berbohong bahwa aku selalu menatap cahayamu....

Tapi akan terus kutahan tatapanku, karena aku bukan siapapun bagimu..
begitu pula dirimu bagiku...
Hanya cahaya yang menghiasi indahnya malam.

Sampai pada saat itu...
Ketika wahyumu datang menerpa...
mengoyak perihnya luka yang kukubur selama ini
Luka yang selama ini kupendam dan berharap sembuh dengan berjalannya waktu..

Tetapi aku salah..
Saat hanya kita berdua, hanya aku dan bintang di sana...
Kala itu sinarmu begitu terik dan mampu membuka kubur yang entah kulupa dimana berada.

Dan sapamu menjelang malam tiba telah membuat hatiku tergoyah...
Dengan luka terburai...sinarmu yang terang menyinari hidupku
telah membuatku mempertanyakan arti hidupku...

Wahai bintang
Sinarmu malam itu begitu menyilaukan..
Aku sungguh terpesona...
Wahyu mu malam itu sempat kuanggap lalu..
Walaupun tetap menjadi dasarku untuk berpikir...

Saat kupertanyakan luka itu pada langit...
Langit hanya terdiam...
tetapi hembusan angin yang menerpa seolah menyiratkan janji..
Bahwa lukaku akan terobati..

Kutatap langit.. dan menangis dibawah langit malam..

Dan takala petir menyambar... aku menjerit..
Hujanpun mengguyur membasahi tubuhku...

Kutatap langit... tak ada sinarmu di sana
Yang ada hanya langit hitam....

Esoknya kujalani hari lagi dengan sinarmu yang meneduhkanku selama 30 menit...
Yang menenangkanku sebelum kutantang lagi langit yang tak tenang di malam hari.

Kali ini langit begitu tenang...
Hembusan nafasnya seakan menyiratkan kedamaian
Dan malam itu.. langit malam tampak begitu bersih...
Dia hitam... benar-benar kelam... Tapi begitu tenang dan menyejukan...

Tapi aku tak percaya malam begitu saja....
Karena gelapnya tak tertahankan...

Kualihkan tatapanku kepada bintang...
Karena bintang tidak menyesatkan...
Dan aku percaya...

Walaupun kali ini sinar bintang nampak menjauh...
dan seolah meninggalkanku dalam dinginnya malam...
Dengan luka terburai...

Tetapi hari itu.. sinar bintang benar-benar menyilaukan
Seolah menyiratkan murka yang teramat sangat...
Sinarnya menyilaukanku... dan membakar lukaku yang terburai....

Hoshi....
Kenapa sinarmu menyakitiku?

Kini aku terpekur...lukaku makin terbakar...
aku menangis...
Kenapa aku terkena murkamu?
Padahal sinarmulah yang telah membuka lukaku...
Kini aku harus menanggung siksa murkamu dan sinarmu kali ini
telah membakar lukaku...

****************

Kutatap langit malam dalam kesendirian...
Langit malam tidak mengacuhkanku...

Hembusan lembut nafasnya menerpa diriku
Perlahan lahan... hembusan nafasnya menyembuhkan lukaku...
Segala luka yang telah terburai dan terbakar ditiup lembut dan sejuk oleh alunan nafasnya..
Dan segala keraguan yang menggantung lenyap ditelam kelamnya malam...
Hanya aku dan langit malam.....
Kutatap gelapnya malam......
Sangat-sangat pekat....
Tapi kali ini, aku percaya pada langit malam...

Kelamnya malam kali ini akan mampu menyembuhkan luka yang pernah kukubur...
dan sempat terburai dan terbakar oleh teriknya sinar bintang....

*********************

Bintang memang tidak pernah menyesatkan para pengelana...
Aku tahu itu...
Dan para pembaca bintang tak akan pernah disesatkan oleh petunjuk bintang...
Aku percaya itu.

Tapi kini aku tahu...
Aku memang pengelana bumi...
Tapi sayang
Aku bukan pembaca bintang....

Dan aku telah dibesarkan oleh kelamnya langit malam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar